By Dr. Rafat Amari
http://religionresearchinstitute.org/me … temple.htm
Kaabah adalah sebuah kuil tempat diletakkannya kedua tugu Asaf dan Naelah, Kuhhan [pendeta/dukun] terkenal agama jin. Ibadah haji dimulai disana dan diteruskan ke tugu2 jin Angin. Tiruan tugu2 Asaf dan Naelah ditempatkan di atas bukit2 Safa dan Marwa. Tidak seorangpun yang tidak mengetahui peranan kuil di Mekah sebagai sebuah tempat pemujaan bagi agama jin, sebagaimana juga menjadi sebuah tempat pemujaan Keluarga Bintang jazirah Arab.
Elemen lain yang membantu kita memahami peranan kuil Mekah adalah bahwa ia menyatukan kedua agama utama jazirah Arab: agama jin dan agama Keluarga Bintang. Dalam agama Keluarga Bintang, Allah adalah bintang terbesar. Istrinya adalah matahari, dan putri2nya adalah Manat dan al-‘Uzza, masing2 melambangkan sebuah planet. Para Kuhhan yang mewakili agama jin bagi orang2 Arab yang menganut agama2 pagan lainnya, seperti penyembahan Keluarga Bintang jazirah Arab, diterima oleh masyarakat yang menganggap para Kuhhan sebagai dewa2. Suku Quraish menganggap iblis – nama lain setan – dan Allah adalah saling bersaudara. [1] Mereka mengatakan bahwa di antara Allah dan jin, ada suatu hubungan yang agung.[2] Mereka mempercayai bahwa para malaikat adalah putri2 Allah, dan bahwa ibu2 dari para malaikat adalah putri2 dari “Tuhannya jin.” [3] Kaum Jin dilihat sebagai lebih hebat dari para malaikat. Orang2 Arab pagan memberikan posisi yang ditinggikan bagi kaum jin karena mereka percaya kaum jin berada dalam hubungan dan kesamaan dengan Allah. Karena kaum jin menggantikan para malaikat, mereka meninggalkan sidik jari mereka pada Quran.
Jin-setan menggantikan Para Malaikat dalam Quran, seperti Mereka menggantikan Para Malaikat dalam literatur dan Syair Agama Jin jazirah Arab
Quran melambangkan sebuah literatur Arab yang dikembangkan sebelum Muhammed; suatu literature pekerjaan2 akreditasi artistic bagi kaum jin.[4] Dalam Quran, kita menemukan kekuatan agama jin jazirah Arab. Kita melihat setan2 sebagai pekerja2 cerdas bagi Sulaiman dalam Surah al-Anbiya’. Dikutip dari Surah 21, ayat 81 dan 82:
Bagi Sulaiman, angin yang berhembus kencang dengan perintahnya menuju daratan yang Kami berkahi, karena kami sungguh mengetahui segalanya. Dan di antara setan2 ada yang menyelam ke dalam lautan baginya, dan melakukan pekerjaan2 lainnya, dan kami melindungi mereka.
Ayat 81 merujuk kepada Sulaiman yang mengklaim bahwa dia mempunyai angin sebagai pembantunya. Di bawah perintahnya, angin akan pergi ke daratan yang diberkahi Allah, disebut Harran/Haran, sebagaimana yang kita pahami dari sumber2 lainnya. Sang angin sebagai pembantu dewa2 yang hebat dan raja2 kudus adalah suatu premis umum dalam agama2 kuno Timur Tengah.
Al-Sabuni, seorang komentator modern di Arab Saudi, memberikan komentar atas ayat 82:
Kaum setan menyelam bagi Sulaiman, ke dalam lautan untuk mendapatkan permata2 dan mutiara2. Mereka membangunkan bangunan yang hebat bagi Sulaiman, termasuk membangunkan istana2nya.
Kaum setan digambarkan dalam Quran sebagai agen yang sangat berguna bagi Sulaiman dan para nabi. Mereka digambarkan sebagai agen yang benar yang berasal dari Tuhan, yang Tuhan tempatkan sebagai pelayanan bagi Sulaiman.[5] Ajaran ini berasal dari agama jin yang meninggikan kaum setan di mata orang2 Arab sehingga kam setan akan menjadi dihormati dan disembah. Ayat2 Quran ini menyatakan secara tidak langsung sebuah hubungan antara Tuhan dalam Perjanjian Lama dan setan2, pada suatu titik bahwa Tuhan akan melindungi mereka.
Ayat2 lain dari Quran juga menunjukkan pengaruh agama jin terhadap Quran. Surah 38, disebut Surat S’ad/Shaad, dalam ayat 37-39, ditujukan bagi Sulaiman: “Kaum setan, yang termasuk setiap jenis pembangun dan penyelam, adalah pemberian kami, maka berterimakasihlah kepada kami, dan tiada penjelasan akan diminta.”
Kaum setan digambarkan sebagai pemberian Tuhan kepada Sulaiman, yang memerlukan untuk berterimakasih kepada Tuhan karenanya. Pengakuan palsu ini diambil langsung dari agama jin jazirah Arab yang memberikan kaum setan sebuah posisi yang tinggi dan memperlakukan mereka sebagai pemberian berharga bagi para nabi dari Perjanjian Lama. Pengakuan seperti ini bertentangan dengan ajaran Bible. Bible memperingatkan kita mengenai kaum setan, dan menampilkan mereka sebagai suatu kutukan dan sebagai musuh Tuhan dan manusia. Bible memperingatkan kita untuk tidak mempunyai hubungan apapun dengan kaum setan.
Tidak hanya di dalam Quran kami menemukan ide bahwa kaum setan bekerja bagi Sulaiman, tetapi kami melihatnya dalam syair2 sebelum Islam oleh orang2 yang diketahui mempunyai suatu hubungan dengan jin. Sebagai contoh, kami menemukan syair2 al-Nabighah النابغة bahwa jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kota Tadmur di padang pasir Syria baginya[6]. Contoh lainnya ditemukan dalam tulisan2 Al-Aasha’, seorang Arab penyair masa sebelum Islam. Al-Aasha’ menyebut jin-setan yang menginspirasi syairnya. Dia menyebut jin-setan, Musahhal المسحل, dan menggambarkannya sebagai “yang dikasihi”nya. Al-Aasha’ mengatakan: “saudaraku, jin, telah menyalamiku. Jiwaku didedikasikan baginya.”[7] Ini menunjukkan al-Aasha’ adalah salah satu dari banyak penyair yang mendedikasikan diri pada agama jin jazirah Arab. Syair2 ini menganggap jin sebagai saudara2, dan mereka mencoba menyatukan manusia dengan jin. Muhammed juga mengekspresikan pemikiran2 yang sama. Dia mengklaim pergi ke surga di mana dia bertemu dengan Allah yang menugaskannya untuk suatu misi bagi manusia dan bagi kaum jin. Muhammed mendefinisikan masyarakatnya berasal dari jin dan manusia.[8] Dia sering mengklaim bahwa jin menjadi muslim,[9] dan dia merujuk mereka sebagai saudara2.[10]
Al-Aasha’ menulis di dalam salah satu syairnya bahwa ‘kaum jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kurva2.”[11] Muhammed menjiplak ide yang sama ke dalam surah Saba 34, ayat 12-13, Membicarakan Sulaiman, dia menulis:
Di antara kaum jin yang bekerja dengannya, sepeninggal Tuhannya, mereka bekerja baginya sebagaimana dia kehendaki, membangun kurva2, tugu2 dan
kolam2 sebesar dam2 dan kawah2 kokoh di tempat2nya. Bekerjalah engkau anak Daud dengan berterimakasih.
Quran menggambarkan Tuhan sebagai meminta anak2 Daud, seperti Sulaiman, untuk berterimakasih kepada Tuhan karena Dia mengirimkan kaum jin untuk melakukan pekerjaan2 yang begitu artistic. Hal ini merupakan pernyataan palsu melecehkan Tuhan. Ide menempatkan kaum jin ditempat tinggi yang terhormat sebagai pekerja2 yang baik yang dikirimkan oleh Tuhan merupakan sebuah ide yang dipromosikan oleh Kuhhan di jazirah Arab, untuk membuat kaum jin dihargai dan dihormati oleh orang2 Arab. Hal itu dimaksudkan lebih lanjut untuk orang2 Arab supaya mendatangi Kuhhan sebagai perwakilan2 kaum jin dan meminta bimbingan dari mereka.
Akar2 kuno jin-setan jazirah Arab yang sangat Dirujuk sebagai datang dari Dewa2
Ajaran2 orang2 Arab mengenai jin-setan yang dihubungkan dengan Allah, dan putri2 mereka menjadi ibu2 para malaikat, mempunyai akar2 kuno di jazirah Arab. Kaum Akkadian, yang datang dari jazirah Arab ke Mesopotamia, mengklaim tujuh setan adalah anak laki2 dari dewa Mesopotamia “An”, yang melambangkan langit dan istrinya “Kai,” yang melambangkan bumi. Menurut orang2 Summeria, An dan Kai telah menikah. Kaum Akkadian memperkenalkan ide bahwa kaum setan berhubungan dengan dewa2 utama Mesopotamia dan membantu mereka dalam penciptaan dan memerintah alam semesta[12]. Kaum Akkadian menyembah setan bernama Girru, yang mereka klaim segaris dengan dewa, “An”, dan dibuat dari api.[13] Dalam Quran kita menemukan jin-setan juga dibuat dari api.
Akar2 kuno jazirah Arab menunjukkan bahwa ribuan tahun sebelum Muhammed agama jin-setan memberikan mereka posisi yang ditinggikan, membuat mereka menjadi suatu kekuatan luarbiasa dalam penyembahan pagan di kuil2 di jazirah arab, khususnya dalam penyembahan Keluarga Bintang. Para Kuhhan menjadi kelas keagamaan, sebuah hirarki yang bertanggungjawab bagi berbagai kuil di jazirah Arab. Hal ini memudahkan para Kuhhan untuk memperkenalkan ritual2 agama jin jazirah Arab ke dalam kuil2, seperti peribadahan haji Umra yang berputar di sekitar jin dan abdi2 jin terkenal, Asaf dan Naelah. Kita melihat bagaimana peribadahan haji ini menjadi sebuah peribadahan haji resmi yang dimulai pada Kaabah di Mekah. Para Kuhhan membuat figur2 yang dihormati dari agama jin menjadi elemen suci yang difokuskan di dalam kuil. Tugu2 Asaf dan Naelah ditempatkan di atas batu2 utama di kuil Mekah.
Sejak di awal pembangunan kuil Mekah, para Kuhhan jin adalah pendeta2nya yang resmi. Ini menjelaskan bagaimana mereka membuat peribadahan okultis haji mereka ke dalam sebuah perayaan di kuil.
Kuil di Mekah dikuasai para Kuhhan jin. Kita melihat ini dari kehadiran dua tugu Kuhhan pada batu2 yang, tanpa keraguan, menjadi suci karena kedua tugu ditempatkan di sana. Fakta bahwa tugu tersebut terus menerus berada di sana untuk suatu periode waktu yang panjang memberitahu kita bahwa hirarki kuil dikontrol dalam barisan Para Kuhhan. Mereka menganggap Asaf dan Naelah sebagai abdi perintis di kuil.
Kami menyimpulkan bahwa ritual2 di dalam Kaabah Mekah dilakukan oleh Para Kuhhan jin, dan mereka bertanggungjawab dalam fungsi2 keagamaannya. Ada Kuhhan terkenal lainnya yang diketahui bertanggungjawab atas Kaabah di Mekah. Di antara mereka adalah Wake’a Zuhair al-Iyadi. Ibn al-Kalbi, seorang sejarawan Arab dan penulis yang menulis mengenai masa sebelum Islam, mengatakan bahwa Wake’a bertanggungjawab sebagai Kahen di Kaabah pada masa2 itu.[14] Menurut para penulis2 kuno Arab, Wake’a diketahui mempunyai syair prosa seperti dari para Kuhhan.[15] Hal ini mengkonfirmasi hubungannya dengan Kuhhan agama jin. Syair prosanya dianggap sama dengan Quran. Kita juga menemukan banyak frase2nya yang dijiplak Muhammed dan dimasukkan ke dalam Quran. Kumpulan perkataan Wake’a dapat ditemukan dalam literature Arab kuno, seperti Majma’ al-Amthaal yang ditulis oleh al-Maydaani. [16]
Semua hal ini mengkonfirmasi kuasa para Kuhhan jin di atas kuil di Mekah, membuat mereka kelas agama sesungguhnya dari kuil tersebut. Hal ini juga menjelaskan bagaimana ritual2 mereka, seperti peribadahan haji mereka menjadi elemen utama agama jin dalam kota, menjadi sebuah ritual utama kuil tersebut dan bagi penyembah Keluarga Bintang jazirah Arab.
Mereka menyembah seekor ULAR di dalam Kuil di Mekah, dan orang2 Arab menganggapnya sebagai jin-setan
Perayaan2 sesungguhnya di Kaabah, dan hubungan mereka dengan agama jin, ditunjukkan oleh penyembahan seekor ular di dalam Kaabah. Tulisan Tabari, sejarawan Arab terkenal yang menulis mengenai masa sebelum Islam jazirah Arab, memberitahu kita bahwa seekor ular hidup di dalam sumur di Kaabah, di mana para penghuni Mekah melemparkan pemberian2 mereka.[17] Kelihatannya bahwa pemberian2 dipersembahkan bagi sang ular.
Sejarawan Arab yang menulis mengenai masa sebelum Islam Mekah, mengatakan istilah “Allaha”, dari mana nama Allah berasal, diberikan pada “sang ular besar.”[18] Orang2 Arab menyembah ular2, menganggap mereka sebagai ular-setan. Salah satu title bagi setan di sekitar Mekah adalah “Azab”, yang dipercaya sebagai seekor ular.[19] Sejarawan2 juga mengatakan bahwa jin adalah seekor ular putih,[20] yang mereka percayai mendengarkan dan hebat di antara bahasa2. Syair, seperti al-Nabighah dan yang lain2nya yang diketahui memiliki hubungan dengan jin, seperti Umayya bin Abi al-Salt dan Adi bin Zayd, mempromosikan ide2 demikian.[21]
Karena ular di dalam sumur kuil disembah, dan karena ia menerima pemberian2 mereka, kita dapat melihat bahwa kuil Mekah adalah sebuah pusat yang penting bagi penyembahan jin. Mereka menyembah jin melalui penyembahan ular di dalam sumur Kaabah, dan mereka menyebutnya “Allaha.” Ingatlah bahwa patung “Kozah” ditempatkan dalam Kaabah. Masyarakat percaya dia membuat hujan dan guntur, tetapi banyak cendekiawan berpikir bahwa dia adalah setan.
Dalam struktur dan perayaan, Kaabah dalam banyak cara adalah persis sama dengan kuil2 agama jin jazirah Arab.
Orang2 Arab mempunyai kuil2 yang mereka namakan “Taghut ” طاغوت, sebuah title bagi Marid sang jin مارد الجن, yang berarti jin raksasa. Dalam masa-masa sesudahnya, para Kuhhan jin juga disebut sebagai Taghut, [22] menunjukkan pada kita bahwa Taghut adalah kuil2 agama jin. Para penulis yang menulis mengenai jazirah Arab dalam periode sebelum Islam menyebutkan kesamaan antara Kaabah Mekah dengan Taghut. Taghut memiliki konstruksi yang sama seperti Kaabah dari dalam, dan mereka memiliki perayaan2 yang sama, seperti berjalan mengelilinginya seperti orang2 Arab pagan yang mengelilingi Kaabah.[23] Hal ini memberitahu kita bahwa kuil Mekah adalah sama dengan Taghut yang disatukan dengan berbagai kuil2 agama jin lainnya. Dalam perayaan2 dan struktur, ada suatu kesamaan antara kuil2 yang dibangun bagi Keluarga Bintang jazirah Arab dan yang dibangun bagi agama jin. Hal ini dapat dipahami, sejak Para Kuhhan jin menguasai fungsi2 agama pada hampir semua kuil2 yang dibangun bagi penyembahan Keluarga Bintang. Para Kuhhan mengatur penyembahan di kuil Keluarga Bintang dengan cara yang sama mereka mengatur kuil2 Taghut, yang didedikasikan untuk menyembah jin. Kuil di Mekah adalah salah satu dari kuil2 di jazirah Arab yang melaksanakan penyembahan kepada kedua agama pagan utama jazirah Arab.
Kedua pendeta jin, Asaf dan Naelah, diasumsikan dimakamkan dalam Kaabah di Mekah. Kaabah adalah sebuah tempat bagi perayaan2 tidak bermoral, yang mendukung ide bahwa itu adalah sebuah tempat perlindungan bagi agama jin. Dalam masa sebelum Islam, makam2 beberapa Kuhhan menjadi tempat2 suci di mana orang2 Arab datang berkunjung untuk mendapatkan berkah. Orang2 Arab pagan membuat perlindungan mereka menjadi suatu tempat2 yang aman dan untuk berlindung. Jika seseorang masuk ke dalam tempat2 perlindungan, dia akan menjadi tidak tersentuh, dan tidak seorangpun dapat membahayakannya.[24] Hal ini juga dilakukan pada kuil di Mekah. Hal ini dapat menjelaskan bahwa Kaabah aslinya merupakan sebuah tempat di mana kedua Kuhhan, Asaf dan Naelah, dimakamkan. Kemudian suku2 dari Yaman membangun sebuah kuil di sana, berbagi tujuan yang sama untuk Kaabah di antara agama jin dan penyembahan Keluarga Bintang jazirah Arab yang dianut orang2 Yaman.
Juga, para penulis tentang Mekah pra-Islam berbicara mengenai perayaan2 yang terjadi dalam Kaabah yang bisa dibandingkan dengan upacara2 masa kini dalam kuil2 aliran setan. Sebagai contoh, menurut Bukhari, ketika mereka mengelilingi Kaabah, para peserta ibadah berada dalam keadaan telanjang bulat, termasuk para wanita.[25] Juga menurut kitab Halabiyah/Halabieh, Kaabah merupakan sebuah tempat perzinahan. Jika seseorang hendak melakukan perzinahan, dia dapat melakukannya di Kaabah.[26] Hal ini mengingatkan kita bahwa perzinahan yang terjadi di dalam kuil2 milik penyembahan setan, dan yang mendukung hubungan Kaabah dengan agama jin jazirah Arab. Penulis2 Arab yang memberitahu kita mengenai Mekah menggambarkan perzinahan para wanita dalam kota tersebut.[27] Kelihatannya ketidakbermoralan dalam Kaabah ini telah mempengaruhi kota tersebut.
Sejarah praktek2 okultis dalam Kaabah Mekah mendiskualifikasinya sebagai sebuah kuil yang benar, Tuhan yang Kudus, karena Dia menentang aliran setan dan setiap bentuk okultisme. Semua perayaan dan mereka yang mengatur perayaan2, termasuk patung2 yang disembah dan batu2an yang dihormati, mengkonfirmasi Kaabah adalah sebuah ekpresi pagan local dan penyembahan okultis di Mekah. Penajisan ini lebih buruk daripada apa yang terjadi di kuil2 pagan manapun yang dikenal di seluruh dunia kuno, apakah yang berada di Timur Tengah ataupun di Asia. Di dalam kuil Mekah kita hanya melihat okultisme dan tradisi pagan Keluarga Bintang. Bagaimana bisa Islam mengaku kuil Mekah sebagai pusat sejarah monotheisme untuk segala jaman ?
________________________________________________________________________________________________
[1] Tafsir al-Tabari, 23, page 69
[2] Tafsir al-Tabari, 23, page 69
[3] Sahih al-Bukhari, 4, page 96
[4] Al-Jaheth, al-Haiwan, 6, page 187; quoted by Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723
[5] Sabuni, Safwat al-Tafasir, 2, page 270
[6] Al-Jaheth, Al Haiwan, 6, page 223; quoted by Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723
[7] Al-Tha’alibi, Abd al-Malik ibn Mohammed, Kitab Thimar al-qulub, pages 69 and 70
[8] Halabieh 2, page 130
[9] Sahih al-Bukhari, 5, page 227
[10] Halabieh 2, page 63
[11] Taj Al Aruss, 9, page 165
[12] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, page 162
[13] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, p. 88
[14] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, page 260
[15] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, page 260; Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, page 81
[16] Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, page 81
[17]Tarikh al-Tabari, I, page 525
[18] Taj Al Aruss, 9, 410
[19] Taj Al Aruss, I, pages 147 and 284
[20] Taj Al Aruss, 9, page 165
[21] Al-Jaheth, Al Haiwan, 4, 203; quoted by Jawad Ali,vi, 726
[22] Raghib al-Isfahani, Abu al-Qasim al-Husayn ibn Muhammed, Mufradat al-Qur’an, page 307; al-Kalbi, al-Asnam, page 6; Taj al-Aruss, 10, page 225
[23] Ibn Hisham I, page 64 ; Hamish Ala Al Rauth Al Anf, I, page 64; quoted by Jawad Ali, al Mufassal, vi, pages 401 and 402
[24] Jawad Ali, al-Mufassal, vi, page 448
[25] Sahih al-Bukhari, 2, 164
[26] Halabieh 1, page 15
[27] Ibn Al Muja’wir, Descriptio, 1, 7; quoted by Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, pages 106, 107
http://religionresearchinstitute.org/me … temple.htm
Kaabah adalah sebuah kuil tempat diletakkannya kedua tugu Asaf dan Naelah, Kuhhan [pendeta/dukun] terkenal agama jin. Ibadah haji dimulai disana dan diteruskan ke tugu2 jin Angin. Tiruan tugu2 Asaf dan Naelah ditempatkan di atas bukit2 Safa dan Marwa. Tidak seorangpun yang tidak mengetahui peranan kuil di Mekah sebagai sebuah tempat pemujaan bagi agama jin, sebagaimana juga menjadi sebuah tempat pemujaan Keluarga Bintang jazirah Arab.
Elemen lain yang membantu kita memahami peranan kuil Mekah adalah bahwa ia menyatukan kedua agama utama jazirah Arab: agama jin dan agama Keluarga Bintang. Dalam agama Keluarga Bintang, Allah adalah bintang terbesar. Istrinya adalah matahari, dan putri2nya adalah Manat dan al-‘Uzza, masing2 melambangkan sebuah planet. Para Kuhhan yang mewakili agama jin bagi orang2 Arab yang menganut agama2 pagan lainnya, seperti penyembahan Keluarga Bintang jazirah Arab, diterima oleh masyarakat yang menganggap para Kuhhan sebagai dewa2. Suku Quraish menganggap iblis – nama lain setan – dan Allah adalah saling bersaudara. [1] Mereka mengatakan bahwa di antara Allah dan jin, ada suatu hubungan yang agung.[2] Mereka mempercayai bahwa para malaikat adalah putri2 Allah, dan bahwa ibu2 dari para malaikat adalah putri2 dari “Tuhannya jin.” [3] Kaum Jin dilihat sebagai lebih hebat dari para malaikat. Orang2 Arab pagan memberikan posisi yang ditinggikan bagi kaum jin karena mereka percaya kaum jin berada dalam hubungan dan kesamaan dengan Allah. Karena kaum jin menggantikan para malaikat, mereka meninggalkan sidik jari mereka pada Quran.
Jin-setan menggantikan Para Malaikat dalam Quran, seperti Mereka menggantikan Para Malaikat dalam literatur dan Syair Agama Jin jazirah Arab
Quran melambangkan sebuah literatur Arab yang dikembangkan sebelum Muhammed; suatu literature pekerjaan2 akreditasi artistic bagi kaum jin.[4] Dalam Quran, kita menemukan kekuatan agama jin jazirah Arab. Kita melihat setan2 sebagai pekerja2 cerdas bagi Sulaiman dalam Surah al-Anbiya’. Dikutip dari Surah 21, ayat 81 dan 82:
Bagi Sulaiman, angin yang berhembus kencang dengan perintahnya menuju daratan yang Kami berkahi, karena kami sungguh mengetahui segalanya. Dan di antara setan2 ada yang menyelam ke dalam lautan baginya, dan melakukan pekerjaan2 lainnya, dan kami melindungi mereka.
Ayat 81 merujuk kepada Sulaiman yang mengklaim bahwa dia mempunyai angin sebagai pembantunya. Di bawah perintahnya, angin akan pergi ke daratan yang diberkahi Allah, disebut Harran/Haran, sebagaimana yang kita pahami dari sumber2 lainnya. Sang angin sebagai pembantu dewa2 yang hebat dan raja2 kudus adalah suatu premis umum dalam agama2 kuno Timur Tengah.
Al-Sabuni, seorang komentator modern di Arab Saudi, memberikan komentar atas ayat 82:
Kaum setan menyelam bagi Sulaiman, ke dalam lautan untuk mendapatkan permata2 dan mutiara2. Mereka membangunkan bangunan yang hebat bagi Sulaiman, termasuk membangunkan istana2nya.
Kaum setan digambarkan dalam Quran sebagai agen yang sangat berguna bagi Sulaiman dan para nabi. Mereka digambarkan sebagai agen yang benar yang berasal dari Tuhan, yang Tuhan tempatkan sebagai pelayanan bagi Sulaiman.[5] Ajaran ini berasal dari agama jin yang meninggikan kaum setan di mata orang2 Arab sehingga kam setan akan menjadi dihormati dan disembah. Ayat2 Quran ini menyatakan secara tidak langsung sebuah hubungan antara Tuhan dalam Perjanjian Lama dan setan2, pada suatu titik bahwa Tuhan akan melindungi mereka.
Ayat2 lain dari Quran juga menunjukkan pengaruh agama jin terhadap Quran. Surah 38, disebut Surat S’ad/Shaad, dalam ayat 37-39, ditujukan bagi Sulaiman: “Kaum setan, yang termasuk setiap jenis pembangun dan penyelam, adalah pemberian kami, maka berterimakasihlah kepada kami, dan tiada penjelasan akan diminta.”
Kaum setan digambarkan sebagai pemberian Tuhan kepada Sulaiman, yang memerlukan untuk berterimakasih kepada Tuhan karenanya. Pengakuan palsu ini diambil langsung dari agama jin jazirah Arab yang memberikan kaum setan sebuah posisi yang tinggi dan memperlakukan mereka sebagai pemberian berharga bagi para nabi dari Perjanjian Lama. Pengakuan seperti ini bertentangan dengan ajaran Bible. Bible memperingatkan kita mengenai kaum setan, dan menampilkan mereka sebagai suatu kutukan dan sebagai musuh Tuhan dan manusia. Bible memperingatkan kita untuk tidak mempunyai hubungan apapun dengan kaum setan.
Tidak hanya di dalam Quran kami menemukan ide bahwa kaum setan bekerja bagi Sulaiman, tetapi kami melihatnya dalam syair2 sebelum Islam oleh orang2 yang diketahui mempunyai suatu hubungan dengan jin. Sebagai contoh, kami menemukan syair2 al-Nabighah النابغة bahwa jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kota Tadmur di padang pasir Syria baginya[6]. Contoh lainnya ditemukan dalam tulisan2 Al-Aasha’, seorang Arab penyair masa sebelum Islam. Al-Aasha’ menyebut jin-setan yang menginspirasi syairnya. Dia menyebut jin-setan, Musahhal المسحل, dan menggambarkannya sebagai “yang dikasihi”nya. Al-Aasha’ mengatakan: “saudaraku, jin, telah menyalamiku. Jiwaku didedikasikan baginya.”[7] Ini menunjukkan al-Aasha’ adalah salah satu dari banyak penyair yang mendedikasikan diri pada agama jin jazirah Arab. Syair2 ini menganggap jin sebagai saudara2, dan mereka mencoba menyatukan manusia dengan jin. Muhammed juga mengekspresikan pemikiran2 yang sama. Dia mengklaim pergi ke surga di mana dia bertemu dengan Allah yang menugaskannya untuk suatu misi bagi manusia dan bagi kaum jin. Muhammed mendefinisikan masyarakatnya berasal dari jin dan manusia.[8] Dia sering mengklaim bahwa jin menjadi muslim,[9] dan dia merujuk mereka sebagai saudara2.[10]
Al-Aasha’ menulis di dalam salah satu syairnya bahwa ‘kaum jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kurva2.”[11] Muhammed menjiplak ide yang sama ke dalam surah Saba 34, ayat 12-13, Membicarakan Sulaiman, dia menulis:
Di antara kaum jin yang bekerja dengannya, sepeninggal Tuhannya, mereka bekerja baginya sebagaimana dia kehendaki, membangun kurva2, tugu2 dan
kolam2 sebesar dam2 dan kawah2 kokoh di tempat2nya. Bekerjalah engkau anak Daud dengan berterimakasih.
Quran menggambarkan Tuhan sebagai meminta anak2 Daud, seperti Sulaiman, untuk berterimakasih kepada Tuhan karena Dia mengirimkan kaum jin untuk melakukan pekerjaan2 yang begitu artistic. Hal ini merupakan pernyataan palsu melecehkan Tuhan. Ide menempatkan kaum jin ditempat tinggi yang terhormat sebagai pekerja2 yang baik yang dikirimkan oleh Tuhan merupakan sebuah ide yang dipromosikan oleh Kuhhan di jazirah Arab, untuk membuat kaum jin dihargai dan dihormati oleh orang2 Arab. Hal itu dimaksudkan lebih lanjut untuk orang2 Arab supaya mendatangi Kuhhan sebagai perwakilan2 kaum jin dan meminta bimbingan dari mereka.
Akar2 kuno jin-setan jazirah Arab yang sangat Dirujuk sebagai datang dari Dewa2
Ajaran2 orang2 Arab mengenai jin-setan yang dihubungkan dengan Allah, dan putri2 mereka menjadi ibu2 para malaikat, mempunyai akar2 kuno di jazirah Arab. Kaum Akkadian, yang datang dari jazirah Arab ke Mesopotamia, mengklaim tujuh setan adalah anak laki2 dari dewa Mesopotamia “An”, yang melambangkan langit dan istrinya “Kai,” yang melambangkan bumi. Menurut orang2 Summeria, An dan Kai telah menikah. Kaum Akkadian memperkenalkan ide bahwa kaum setan berhubungan dengan dewa2 utama Mesopotamia dan membantu mereka dalam penciptaan dan memerintah alam semesta[12]. Kaum Akkadian menyembah setan bernama Girru, yang mereka klaim segaris dengan dewa, “An”, dan dibuat dari api.[13] Dalam Quran kita menemukan jin-setan juga dibuat dari api.
Akar2 kuno jazirah Arab menunjukkan bahwa ribuan tahun sebelum Muhammed agama jin-setan memberikan mereka posisi yang ditinggikan, membuat mereka menjadi suatu kekuatan luarbiasa dalam penyembahan pagan di kuil2 di jazirah arab, khususnya dalam penyembahan Keluarga Bintang. Para Kuhhan menjadi kelas keagamaan, sebuah hirarki yang bertanggungjawab bagi berbagai kuil di jazirah Arab. Hal ini memudahkan para Kuhhan untuk memperkenalkan ritual2 agama jin jazirah Arab ke dalam kuil2, seperti peribadahan haji Umra yang berputar di sekitar jin dan abdi2 jin terkenal, Asaf dan Naelah. Kita melihat bagaimana peribadahan haji ini menjadi sebuah peribadahan haji resmi yang dimulai pada Kaabah di Mekah. Para Kuhhan membuat figur2 yang dihormati dari agama jin menjadi elemen suci yang difokuskan di dalam kuil. Tugu2 Asaf dan Naelah ditempatkan di atas batu2 utama di kuil Mekah.
Sejak di awal pembangunan kuil Mekah, para Kuhhan jin adalah pendeta2nya yang resmi. Ini menjelaskan bagaimana mereka membuat peribadahan okultis haji mereka ke dalam sebuah perayaan di kuil.
Kuil di Mekah dikuasai para Kuhhan jin. Kita melihat ini dari kehadiran dua tugu Kuhhan pada batu2 yang, tanpa keraguan, menjadi suci karena kedua tugu ditempatkan di sana. Fakta bahwa tugu tersebut terus menerus berada di sana untuk suatu periode waktu yang panjang memberitahu kita bahwa hirarki kuil dikontrol dalam barisan Para Kuhhan. Mereka menganggap Asaf dan Naelah sebagai abdi perintis di kuil.
Kami menyimpulkan bahwa ritual2 di dalam Kaabah Mekah dilakukan oleh Para Kuhhan jin, dan mereka bertanggungjawab dalam fungsi2 keagamaannya. Ada Kuhhan terkenal lainnya yang diketahui bertanggungjawab atas Kaabah di Mekah. Di antara mereka adalah Wake’a Zuhair al-Iyadi. Ibn al-Kalbi, seorang sejarawan Arab dan penulis yang menulis mengenai masa sebelum Islam, mengatakan bahwa Wake’a bertanggungjawab sebagai Kahen di Kaabah pada masa2 itu.[14] Menurut para penulis2 kuno Arab, Wake’a diketahui mempunyai syair prosa seperti dari para Kuhhan.[15] Hal ini mengkonfirmasi hubungannya dengan Kuhhan agama jin. Syair prosanya dianggap sama dengan Quran. Kita juga menemukan banyak frase2nya yang dijiplak Muhammed dan dimasukkan ke dalam Quran. Kumpulan perkataan Wake’a dapat ditemukan dalam literature Arab kuno, seperti Majma’ al-Amthaal yang ditulis oleh al-Maydaani. [16]
Semua hal ini mengkonfirmasi kuasa para Kuhhan jin di atas kuil di Mekah, membuat mereka kelas agama sesungguhnya dari kuil tersebut. Hal ini juga menjelaskan bagaimana ritual2 mereka, seperti peribadahan haji mereka menjadi elemen utama agama jin dalam kota, menjadi sebuah ritual utama kuil tersebut dan bagi penyembah Keluarga Bintang jazirah Arab.
Mereka menyembah seekor ULAR di dalam Kuil di Mekah, dan orang2 Arab menganggapnya sebagai jin-setan
Perayaan2 sesungguhnya di Kaabah, dan hubungan mereka dengan agama jin, ditunjukkan oleh penyembahan seekor ular di dalam Kaabah. Tulisan Tabari, sejarawan Arab terkenal yang menulis mengenai masa sebelum Islam jazirah Arab, memberitahu kita bahwa seekor ular hidup di dalam sumur di Kaabah, di mana para penghuni Mekah melemparkan pemberian2 mereka.[17] Kelihatannya bahwa pemberian2 dipersembahkan bagi sang ular.
Sejarawan Arab yang menulis mengenai masa sebelum Islam Mekah, mengatakan istilah “Allaha”, dari mana nama Allah berasal, diberikan pada “sang ular besar.”[18] Orang2 Arab menyembah ular2, menganggap mereka sebagai ular-setan. Salah satu title bagi setan di sekitar Mekah adalah “Azab”, yang dipercaya sebagai seekor ular.[19] Sejarawan2 juga mengatakan bahwa jin adalah seekor ular putih,[20] yang mereka percayai mendengarkan dan hebat di antara bahasa2. Syair, seperti al-Nabighah dan yang lain2nya yang diketahui memiliki hubungan dengan jin, seperti Umayya bin Abi al-Salt dan Adi bin Zayd, mempromosikan ide2 demikian.[21]
Karena ular di dalam sumur kuil disembah, dan karena ia menerima pemberian2 mereka, kita dapat melihat bahwa kuil Mekah adalah sebuah pusat yang penting bagi penyembahan jin. Mereka menyembah jin melalui penyembahan ular di dalam sumur Kaabah, dan mereka menyebutnya “Allaha.” Ingatlah bahwa patung “Kozah” ditempatkan dalam Kaabah. Masyarakat percaya dia membuat hujan dan guntur, tetapi banyak cendekiawan berpikir bahwa dia adalah setan.
Dalam struktur dan perayaan, Kaabah dalam banyak cara adalah persis sama dengan kuil2 agama jin jazirah Arab.
Orang2 Arab mempunyai kuil2 yang mereka namakan “Taghut ” طاغوت, sebuah title bagi Marid sang jin مارد الجن, yang berarti jin raksasa. Dalam masa-masa sesudahnya, para Kuhhan jin juga disebut sebagai Taghut, [22] menunjukkan pada kita bahwa Taghut adalah kuil2 agama jin. Para penulis yang menulis mengenai jazirah Arab dalam periode sebelum Islam menyebutkan kesamaan antara Kaabah Mekah dengan Taghut. Taghut memiliki konstruksi yang sama seperti Kaabah dari dalam, dan mereka memiliki perayaan2 yang sama, seperti berjalan mengelilinginya seperti orang2 Arab pagan yang mengelilingi Kaabah.[23] Hal ini memberitahu kita bahwa kuil Mekah adalah sama dengan Taghut yang disatukan dengan berbagai kuil2 agama jin lainnya. Dalam perayaan2 dan struktur, ada suatu kesamaan antara kuil2 yang dibangun bagi Keluarga Bintang jazirah Arab dan yang dibangun bagi agama jin. Hal ini dapat dipahami, sejak Para Kuhhan jin menguasai fungsi2 agama pada hampir semua kuil2 yang dibangun bagi penyembahan Keluarga Bintang. Para Kuhhan mengatur penyembahan di kuil Keluarga Bintang dengan cara yang sama mereka mengatur kuil2 Taghut, yang didedikasikan untuk menyembah jin. Kuil di Mekah adalah salah satu dari kuil2 di jazirah Arab yang melaksanakan penyembahan kepada kedua agama pagan utama jazirah Arab.
Kedua pendeta jin, Asaf dan Naelah, diasumsikan dimakamkan dalam Kaabah di Mekah. Kaabah adalah sebuah tempat bagi perayaan2 tidak bermoral, yang mendukung ide bahwa itu adalah sebuah tempat perlindungan bagi agama jin. Dalam masa sebelum Islam, makam2 beberapa Kuhhan menjadi tempat2 suci di mana orang2 Arab datang berkunjung untuk mendapatkan berkah. Orang2 Arab pagan membuat perlindungan mereka menjadi suatu tempat2 yang aman dan untuk berlindung. Jika seseorang masuk ke dalam tempat2 perlindungan, dia akan menjadi tidak tersentuh, dan tidak seorangpun dapat membahayakannya.[24] Hal ini juga dilakukan pada kuil di Mekah. Hal ini dapat menjelaskan bahwa Kaabah aslinya merupakan sebuah tempat di mana kedua Kuhhan, Asaf dan Naelah, dimakamkan. Kemudian suku2 dari Yaman membangun sebuah kuil di sana, berbagi tujuan yang sama untuk Kaabah di antara agama jin dan penyembahan Keluarga Bintang jazirah Arab yang dianut orang2 Yaman.
Juga, para penulis tentang Mekah pra-Islam berbicara mengenai perayaan2 yang terjadi dalam Kaabah yang bisa dibandingkan dengan upacara2 masa kini dalam kuil2 aliran setan. Sebagai contoh, menurut Bukhari, ketika mereka mengelilingi Kaabah, para peserta ibadah berada dalam keadaan telanjang bulat, termasuk para wanita.[25] Juga menurut kitab Halabiyah/Halabieh, Kaabah merupakan sebuah tempat perzinahan. Jika seseorang hendak melakukan perzinahan, dia dapat melakukannya di Kaabah.[26] Hal ini mengingatkan kita bahwa perzinahan yang terjadi di dalam kuil2 milik penyembahan setan, dan yang mendukung hubungan Kaabah dengan agama jin jazirah Arab. Penulis2 Arab yang memberitahu kita mengenai Mekah menggambarkan perzinahan para wanita dalam kota tersebut.[27] Kelihatannya ketidakbermoralan dalam Kaabah ini telah mempengaruhi kota tersebut.
Sejarah praktek2 okultis dalam Kaabah Mekah mendiskualifikasinya sebagai sebuah kuil yang benar, Tuhan yang Kudus, karena Dia menentang aliran setan dan setiap bentuk okultisme. Semua perayaan dan mereka yang mengatur perayaan2, termasuk patung2 yang disembah dan batu2an yang dihormati, mengkonfirmasi Kaabah adalah sebuah ekpresi pagan local dan penyembahan okultis di Mekah. Penajisan ini lebih buruk daripada apa yang terjadi di kuil2 pagan manapun yang dikenal di seluruh dunia kuno, apakah yang berada di Timur Tengah ataupun di Asia. Di dalam kuil Mekah kita hanya melihat okultisme dan tradisi pagan Keluarga Bintang. Bagaimana bisa Islam mengaku kuil Mekah sebagai pusat sejarah monotheisme untuk segala jaman ?
________________________________________________________________________________________________
[1] Tafsir al-Tabari, 23, page 69
[2] Tafsir al-Tabari, 23, page 69
[3] Sahih al-Bukhari, 4, page 96
[4] Al-Jaheth, al-Haiwan, 6, page 187; quoted by Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723
[5] Sabuni, Safwat al-Tafasir, 2, page 270
[6] Al-Jaheth, Al Haiwan, 6, page 223; quoted by Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723
[7] Al-Tha’alibi, Abd al-Malik ibn Mohammed, Kitab Thimar al-qulub, pages 69 and 70
[8] Halabieh 2, page 130
[9] Sahih al-Bukhari, 5, page 227
[10] Halabieh 2, page 63
[11] Taj Al Aruss, 9, page 165
[12] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, page 162
[13] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, p. 88
[14] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, page 260
[15] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, page 260; Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, page 81
[16] Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, page 81
[17]Tarikh al-Tabari, I, page 525
[18] Taj Al Aruss, 9, 410
[19] Taj Al Aruss, I, pages 147 and 284
[20] Taj Al Aruss, 9, page 165
[21] Al-Jaheth, Al Haiwan, 4, 203; quoted by Jawad Ali,vi, 726
[22] Raghib al-Isfahani, Abu al-Qasim al-Husayn ibn Muhammed, Mufradat al-Qur’an, page 307; al-Kalbi, al-Asnam, page 6; Taj al-Aruss, 10, page 225
[23] Ibn Hisham I, page 64 ; Hamish Ala Al Rauth Al Anf, I, page 64; quoted by Jawad Ali, al Mufassal, vi, pages 401 and 402
[24] Jawad Ali, al-Mufassal, vi, page 448
[25] Sahih al-Bukhari, 2, 164
[26] Halabieh 1, page 15
[27] Ibn Al Muja’wir, Descriptio, 1, 7; quoted by Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, pages 106, 107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar