TEHRAN (IRAN) - Ketakutan berlebihan pemerintah Iran akibat banyaknya
warga muslim yang menjadi Kristen, mengakibatkan berlanjutnya aksi
diskriminasi penuh kebencian terhadap para hamba Tuhan dan
lembaga-lembaga Kristen di negara itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, jutaan muslim yang mengetahui Terang
Kristus, terancam akan dihukum oleh pemerintahnya jika diketahui
mendatangi gedung gereja, walaupun mayoritas dari mereka mendatangi
gereja akibat terbukanya mata mereka melihat kebenaran, bukan karena
iming-iming duniawi.
Selain gereja rumah, lembaga yang paling gencar disorot atas tuduhan
'Kristenisasi' adalah Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) di Iran atau
Jama'at-e Rabbani.
Pada Mei 2012 lalu, pemerintah Iran melalui Kementrian Intelejen
menyatakan Sinode gereja Pentakostal ini untuk mendata seluruh anggota
jemaatnya, sebab mereka mencurigai, banyak muslim murtad yang berada di
gereja ini.
Serangan selanjutnya, ditujukan kepada dua lokasi milik GSJA, yakni
Jemaat GSJA di Jennat-Abad, di bagian barat Kota Tehran dan gedung
pertemuan dan tempat kamping musim panas 'Taman Sharon'.
Diberitakan Farsi Christian News Network (FCNN), 11 Juli 2012, Korps
Penjaga Revolusi, badan penjaga islamisasi dan pengawas 'ancaman-ancaman
dari luar' di Iran yang melakukan penyegelan pintu masuk gereja dan
gerbang kamp, memasang sebuah papan berbahasa Persia bertulis, "Melarang
siapapun untuk masuk, jika diketahui melanggar maka akan menerima
hukuman yang berat (hukum cambuk ala syariat Islam)."
Selain itu jemaat 'secara resmi' dilarang untuk melaksanakan ibadah
minggu, para pemuda dan anak anak juga dilarang untuk mengadakan
'Kaanoon Shaadi', Sekolah Minggu di GSJA Iran.
Aksi melanggar hak asasi yang tidak peduli dan menghargai kebebasan
ibadah dan menyerobot lahan pribadi ini disetujui oleh pemerintah, yang
menggunakan landasa tuduhan, "Kristen adalah mata-mata asing, ancaman
negara dan bagian dari 'Zionisme'."
Taman Sharon dikenal sebagai pusat pemuridan, pelatihan jemaat, sekolah
Alkitab dan pusat pertemuan umat Kristen, sebab sering digunakan umat
dari berbagai denominasi.
Delapan tahun yang lalu, Taman Sharon pernah diserang oleh Badan
Keamanan Negara, pemerintah Iran, yang menahan lima ratusan jemaat yang
sedang mengadakan kamp Alkitab.
Sejak saat itu semua pertemuan dan pelatihan Alkitab dikontrol dengan
ketat oleh pemerintah Iran. Para peserta hingga bahan-bahan yang
digunakan dalam pertemuan diwajibkan untuk dilaporkan kepada pemerintah,
pertemuan di Taman Sharon juga dibatasi hanya dibawah 40 orang.
Namun sejak 'penyerahan kekuasaan' kepada Korps Penjaga Revolusi, pada
perayaan tahun Baru Iran pada Maret 2012 lalu, jemaat Kristen di negara
itu semakin ditekan dan dianiaya, pembatasan pun semakin diperketat,
hingga hal-hal yang sepele yang dianggap menyerang Islam seperti,
membicarakan firman Tuhan di muka umum menjadi hal yang 'ditabukan'.
Pemerintah Iran yang berjuang mati-matian menghalangi terang Kristus,
nampaknya kewalahan dengan aksi mereka sendiri, sebab berbagai bentuk
pelarangan seperti penghentian dan pelarangan pelaksanaan Ibadah
menggunakan bahasa Persia oleh gereja-gereja besar (Gereja Anglikan,
Armenia, GSJA dan Katolik) pada hari Jumat (hari ke 7 menurut kalender
Iran) setelah sebelumnya dilarang beribadah pada hari Minggu, pemaksaan
kepada jemaat agar menunjukkan KTP nya saat memasuki gedung gereja dan
pelarangan distribusi dan penjualan Alkitab dan berbagai literatur
Kristen, nampaknya tidak akan mampu membatasi para muslim yang menyadari
Jalan Lurus yang sebenarnya, selain juga menutupi keculasan mereka.
(FCNN/Mohabbat/ICC/TimPPGI)
oleh : KABAR GEREJA
pasti selalu ada jalan.,,
BalasHapus