TEHRAN (IRAN) - Ketakutan berlebihan pemerintah Iran akibat banyaknya
warga muslim yang menjadi Kristen, mengakibatkan berlanjutnya aksi
diskriminasi penuh kebencian terhadap para hamba Tuhan dan
lembaga-lembaga Kristen di negara itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, jutaan muslim yang mengetahui Terang
Kristus, terancam akan dihukum oleh pemerintahnya jika diketahui
mendatangi gedung gereja, walaupun mayoritas dari mereka mendatangi
gereja akibat terbukanya mata mereka melihat kebenaran, bukan karena
iming-iming duniawi.
Selain gereja rumah, lembaga yang paling gencar disorot atas tuduhan
'Kristenisasi' adalah Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) di Iran atau
Jama'at-e Rabbani.
Pada Mei 2012 lalu, pemerintah Iran melalui Kementrian Intelejen
menyatakan Sinode gereja Pentakostal ini untuk mendata seluruh anggota
jemaatnya, sebab mereka mencurigai, banyak muslim murtad yang berada di
gereja ini.
Serangan selanjutnya, ditujukan kepada dua lokasi milik GSJA, yakni
Jemaat GSJA di Jennat-Abad, di bagian barat Kota Tehran dan gedung
pertemuan dan tempat kamping musim panas 'Taman Sharon'.
Diberitakan Farsi Christian News Network (FCNN), 11 Juli 2012, Korps
Penjaga Revolusi, badan penjaga islamisasi dan pengawas 'ancaman-ancaman
dari luar' di Iran yang melakukan penyegelan pintu masuk gereja dan
gerbang kamp, memasang sebuah papan berbahasa Persia bertulis, "Melarang
siapapun untuk masuk, jika diketahui melanggar maka akan menerima
hukuman yang berat (hukum cambuk ala syariat Islam)."
Selain itu jemaat 'secara resmi' dilarang untuk melaksanakan ibadah
minggu, para pemuda dan anak anak juga dilarang untuk mengadakan
'Kaanoon Shaadi', Sekolah Minggu di GSJA Iran.
Aksi melanggar hak asasi yang tidak peduli dan menghargai kebebasan
ibadah dan menyerobot lahan pribadi ini disetujui oleh pemerintah, yang
menggunakan landasa tuduhan, "Kristen adalah mata-mata asing, ancaman
negara dan bagian dari 'Zionisme'."
Taman Sharon dikenal sebagai pusat pemuridan, pelatihan jemaat, sekolah
Alkitab dan pusat pertemuan umat Kristen, sebab sering digunakan umat
dari berbagai denominasi.
Delapan tahun yang lalu, Taman Sharon pernah diserang oleh Badan
Keamanan Negara, pemerintah Iran, yang menahan lima ratusan jemaat yang
sedang mengadakan kamp Alkitab.
Sejak saat itu semua pertemuan dan pelatihan Alkitab dikontrol dengan
ketat oleh pemerintah Iran. Para peserta hingga bahan-bahan yang
digunakan dalam pertemuan diwajibkan untuk dilaporkan kepada pemerintah,
pertemuan di Taman Sharon juga dibatasi hanya dibawah 40 orang.
Namun sejak 'penyerahan kekuasaan' kepada Korps Penjaga Revolusi, pada
perayaan tahun Baru Iran pada Maret 2012 lalu, jemaat Kristen di negara
itu semakin ditekan dan dianiaya, pembatasan pun semakin diperketat,
hingga hal-hal yang sepele yang dianggap menyerang Islam seperti,
membicarakan firman Tuhan di muka umum menjadi hal yang 'ditabukan'.
Pemerintah Iran yang berjuang mati-matian menghalangi terang Kristus,
nampaknya kewalahan dengan aksi mereka sendiri, sebab berbagai bentuk
pelarangan seperti penghentian dan pelarangan pelaksanaan Ibadah
menggunakan bahasa Persia oleh gereja-gereja besar (Gereja Anglikan,
Armenia, GSJA dan Katolik) pada hari Jumat (hari ke 7 menurut kalender
Iran) setelah sebelumnya dilarang beribadah pada hari Minggu, pemaksaan
kepada jemaat agar menunjukkan KTP nya saat memasuki gedung gereja dan
pelarangan distribusi dan penjualan Alkitab dan berbagai literatur
Kristen, nampaknya tidak akan mampu membatasi para muslim yang menyadari
Jalan Lurus yang sebenarnya, selain juga menutupi keculasan mereka.
(FCNN/Mohabbat/ICC/TimPPGI)
oleh : KABAR GEREJA
Sabtu, 21 Juli 2012
Benarkah Al-Quran Seratus Persen Firman Allah?
Benarkah Al-Quran adalah seratus persen firman (perkataan) Allah,
tidak bercampur dengan ucapan Muhammad sebagaimana dinyatakan dalam Sura
53:3-5? Mari kita simak ayat-ayat Al-Quran di bawah ini:
Apakah Al Faatihah itu ucapan Allah atau manusia? Bukankah manusia yang berseru, “Hanya Engkaulah yang kami sembah”? Bukankah tidak mungkin Allah yang berdoa, “Tunjukilah kami jalan yang lurus”?
Apakah benar bagian akhir dari Sura 6:106 adalah ucapan Allah, “Dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara“? Bukankah ini jelas ucapan Muhammad seperti telah diakui dengan memasukkan namanya dalam tanda kurung?
Bagaimana dengan Sura 6:114, “Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang menurunkan kitab …” Bukankah ini ucapan Muhammad dan bukan ucapan Allah?
Apakah bukan ucapan Muhammad dalam Sura 17:1 yang berbunyi, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam hari dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha …”?
Siapakah “Aku“ dalam Sura 27:91? Tidakkah ini jelas bukan Allah tetapi seorang manusia? Bagaimana Allah dapat berkata, “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini yang telah menjadikannya suci dan kepunyaanNyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya termasuk orang-orang yang berserah diri”?
Apakah sungguh Allah bersumpah demi hari kiamat dan dengan jiwa yang amat menyesal (Sura 75: 1-2)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah sungguh Allah bersumpah demi bintang-bintang dan demi malam dan demi subuh (Sura 81:15-18)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah bukan malaikat yang mengucapkan Sura 19:64, “Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. KepunyaanNyalah apa-apa yang ada dihadapan kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa“?
Apakah bukan malaikat yang mengucapkan Sura 37:161-166? Bagaimana mungkin Allah yang mengatakan, “Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan tertentu, dan sesungguhnya kami benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah) dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)”? Jelas sekali ini perkataan malaikat, bahkan kata “malaikat” sudah dimasukkan.
Apakah sungguh ucapan Allah yang terdapat dalam Sura Al Jin? Bukankah sebenarnya Jin yang berbicara – umpamanya Sura 72:11, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh (apakah ada jin yang saleh? Bukankah ini dusta belaka?) dan di antara kami ada yang tidak demikian halnya.”
Apakah Al Faatihah itu ucapan Allah atau manusia? Bukankah manusia yang berseru, “Hanya Engkaulah yang kami sembah”? Bukankah tidak mungkin Allah yang berdoa, “Tunjukilah kami jalan yang lurus”?
Apakah benar bagian akhir dari Sura 6:106 adalah ucapan Allah, “Dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara“? Bukankah ini jelas ucapan Muhammad seperti telah diakui dengan memasukkan namanya dalam tanda kurung?
Bagaimana dengan Sura 6:114, “Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang menurunkan kitab …” Bukankah ini ucapan Muhammad dan bukan ucapan Allah?
Apakah bukan ucapan Muhammad dalam Sura 17:1 yang berbunyi, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam hari dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha …”?
Siapakah “Aku“ dalam Sura 27:91? Tidakkah ini jelas bukan Allah tetapi seorang manusia? Bagaimana Allah dapat berkata, “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini yang telah menjadikannya suci dan kepunyaanNyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya termasuk orang-orang yang berserah diri”?
Apakah sungguh Allah bersumpah demi hari kiamat dan dengan jiwa yang amat menyesal (Sura 75: 1-2)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah sungguh Allah bersumpah demi bintang-bintang dan demi malam dan demi subuh (Sura 81:15-18)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah bukan malaikat yang mengucapkan Sura 19:64, “Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. KepunyaanNyalah apa-apa yang ada dihadapan kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa“?
Apakah bukan malaikat yang mengucapkan Sura 37:161-166? Bagaimana mungkin Allah yang mengatakan, “Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan tertentu, dan sesungguhnya kami benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah) dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)”? Jelas sekali ini perkataan malaikat, bahkan kata “malaikat” sudah dimasukkan.
Apakah sungguh ucapan Allah yang terdapat dalam Sura Al Jin? Bukankah sebenarnya Jin yang berbicara – umpamanya Sura 72:11, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh (apakah ada jin yang saleh? Bukankah ini dusta belaka?) dan di antara kami ada yang tidak demikian halnya.”
"Al-Quran Bukanlah Wahyu Allah Tetapi Perkataan Muhammad Sendiri Yang Dikatakannya Wahyu Allah"
"Al-Quran Bukanlah Wahyu Allah Tetapi Perkataan Muhammad Sendiri Yang Dikatakannya Wahyu Allah"
“AL-QURAN BUKANLAH WAHYU
ALLAH TETAPI PERKATAAN MUHAMMAD SENDIRI YANG DIKATAKANNYA WAHYU ALLAH”
Benarkah Al-Quran Wahyu Allah ( Firman Allah ) ?
Islam adalah ajaran tauhid,
yang meyakini bahwa Allah adalah Esa, tunggal, satu secara kuantitas/jumlah.
Tiada Tuhan Selain Allah. Jadi, jika ada ajaran yang bertentangan dengan
ke”satu”an Tuhan, ajaran itu dianggap syirik, kafir. Syirik adalah dosa
terbesar dalam Islam.
Didalam Quran, Allah
banyak menggunakan kata “KAMI” untuk membahasakan dirinya! Dalam bahasa Indonesia,
kami adalah kata ganti orang jamak, lebih dari satu. Para penafsir awal
menyatakan bahwa kami di Quran adalah Allah sendiri, tanpa pribadi lain. Namun
setelah banyak kerancuan, penggunaan “KAMI” dalam Quran lalu ditafsirkan
sebagai berikut :
Konteks penggunaan pertama.
Kata Kami bermakna bahwa dalam
mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk (selain
diri-Nya sendiri). Dalam kasus nuzulnya Qur'an, makhluk-makhluk yang terlibat
dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat, terutama
Jibril; kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatat/penulis wahyu; keempat, para
huffadz [penghafal] dll.
Konteks penggunaan kedua.
Kata Kami secara
sosio-linguistik Arab bermakna "ta'dzim" [kata-kata yang sopan untuk
menghilangkan kesan keakuan terutama ketika kita bicara kepada orang besar,
atau orang banyak]. Nah dalam arti ini, ketika dipakai kata Kami, ayat tersebut
menggambarkan proses komunikasi dengan etika yang lebih sopan (mungkin seperti
cara ngomong orang jawa dengan bahasa "krama")
Konteks penggunaan ketiga.
Ayat yang menggunakan kata
Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar yang berada di luar kemampuan
jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit.
Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri ingin
menokohkan/memberi kesan "Kemahaan-Nya" kepada manusia, agar manusia
dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar
manusia.
Jadi, KAMI disini
dapat diartikan Allah sendiri, atau Allah beserta makluk lain, tergantung
konteksnya. Yang pasti harus ada unsur Allah disitu. Tidak boleh Malaikat
sendiri, atau Muhammad sendiri. Sebab Kaum
Muslim meyakini bahwa Quran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan
kata-kata Allah yang diturunkan kepada Muhammad secara verbal, baik
kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma’nan). Sehingga Quran haruslah dibaca
seakan-akan Allah mengucapkan sendiri kata-kata di dalamnya. Jika “Kami” diartikan malaikat sendiri, atau Muhammad sendiri, berarti kebenaran
Quran akan runtuh, karena kebenaran itu berasal dari makhluk ciptaan, dan itu
berarti bertentangan dengan apa yang diyakini selama ini bahwa Quran berasal
dari Allah.
Tapi benarkah seperti itu?
Benarkah panggunaan Kami adalah kontekstual? Bukan dalam arti jamak, lebih dari
satu? Ayat-ayat dibawah hanya 2 dari ratusan ayat yang memakai kata Aku dan
Kami.
“Maka Aku bersumpah dengan
Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan
bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa”. (QS 70:40)
Siapakah aku disini?
Malaikat kah? Muhammadkah kah? Kalau kata "AKU" ditafsirkan sebagai
"Allah", apa pantas "tuhan" bersumpah dengan Tuhan? Tuhan
yang mana lagi? Lalu siapakah “KAMI” yang benar-benar maha kuasa?
“Demi Allah, sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi
syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk),
maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang
pedih”. (QS 16:63)
Siapakah Kami disini?
Malaikat kah? Muhammadkah kah? Kalau kata "KAMI" ditafsirkan sebagai
"Allah", apa pantas "Allah" bersumpah dengan Allah? Allah
yang mana lagi? Jika “KAMI” ditafsirkan sebagai malaikat, ini berarti kita
telah mengingkari keyakinan kita sendiri bahwa Quran adalah ucapan ALLAH.
Bahkan ALLAH menantang
manusia untuk menunjukkan kekurangan, kesalahan, dan kejanggalan dalam Quran,
jika ternyata Quran bukan berasal dari Allah. Secara spesifik Allah menantang
untuk dibuatkan satu saja surah seperti yang ada dalam Quran.
Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar. (QS 2:23)
Bahkan mereka mengatakan:
"Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau
demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain
Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS 11:13)
Katakanlah: "Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS 17:88)
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS 4:82)
MUNGKINKAH ALLAH YANG MAHA KUASA MENANTANG MANUSIA HANYA UNTUK
MEMBUKTIKAN KEBENARAN UCAPANNYA. DIMANAKAH OTORITASNYA SEBAGAI ALLAH?
Hanya manusialah yang
mempunyai sifat sombong, dan takabur. Tuhan tidak mungkin bersifat dan bersikap
demikian. Kurang masuk akal kiranya Tuhan menantang manusia dalam hal
tulis-menulis sedangkan adalah hal yang mudah bagi Tuhan untuk menjamah hati
manusia untuk menerima FirmanNya. Tidak perlu tantang menantang, ALLAH VS
MANUSIA. Itulah usaha Muhammad untuk meyakinkan pengikutnya bahwa Quran
benar2 berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri.
Terlalu banyak bukti dan
fakta bahwa Al Quran penuh dengan kesalahan baik internal maupun external, baik
konseptual maupun gramatikal. Salah satu contoh nyata adalah masalah Maryam
(ibunda Yesus) yang disebutkan sebagai anak Imran dan saudara perempuan Harun.
Padahal kita semua tahu bahwa Harun saudara Musa mempunyai ayah kandung bernama
Imran dan saudara perempuan kandung bernama Maryam. Sudah tidak ada keraguan
bahwa Muhammad mengira kedua Maryam adalah sama, atau tidak mengetahui sama
sekali bahwa ada dua Maryam.
LIHAT TOPIK SELENGKAPNYA : KONTRADIKSI AL QURAN
Tantangan untuk membuatkan surah seperti dalam Al Quran
adalah permainan Muhammad untuk membodohi pengikutnya. Orang-orang di tantang
untuk membuatkan satu saja surah sepeti Quran, tetapi kalau ada yang berhasil
membuatnya akan langsung di ancam hukuman mati karena dituduh telah membuat
surah palsu yang menyesatkan. (Bandingkan dengan Ahmadiah)
Surah seperti dalam Quran
tidaklah susah untuk dibuat. Bukannya susah, tetapi kebanyakan orang enggan
untuk merespon tantangan ini karena hadiahnya sangatlah tidak menarik, yaitu
hukuman mati. Dengan kemajuan internet yang begitu pesat, ancaman dari para
Muslim tidak lagi terlalu efektif. Ada
yang berhasil membuatkan surah seperti dalam Al Quran dan bisa diakses online:
Tantangan dalam Al Quran sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas bukanlah
hal yang sulit untuk dipenuhi. Berikut beberapa Surah yang sudah memenuhi
tatangan tersebut:
The True Furqan http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html
Suralikeit http://www.suralikeit.com/
Kita seharusnya dengan rendah
hati mengakui bahwa QURAN BUKAN HANYA PERKATAAN DARI ALLAH SAJA, namun
juga perkataan dari makluk seperti malaikat dan Muhammad. Berikut adalah salah
satu ayat yang mengklaim bahwa Quran hanyalah berasal dari Allah sendiri;
“Tidaklah mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah;
akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di
dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”. (QS 10:37)
Namun mari kita bandingkan
ayat diatas dengan ayat2 dibawah ini:
A. PERKATAAN MUHAMMAD
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini
(Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan
aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS
27:91)
Ayat ini jelas adalah
ucapan Muhammad. Jika memang itu adalah kalimat Tuhan, seharusnya ada perintah
“Katakanlah”. Ayat awal ini saja sudah membuktikan bahwa Quran hanyalah
perkataan Muhammad, bukan perkataan Allah.
“Sesungguhnya telah datang
dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran
itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak
melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku
(Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).” (QS 6:104)
Dalam ayat ini, jelas sekali
yang mengatakan “..aku sekali-kali bukanlah pemelihara..” adalah Muhammad.
Bahkan Dawood dalam terjemahannya menambahkan tulisan kaki bahwa “Aku” merujuk
pada Muhammad. (Ed - Kata Muhammad dalam terjemahan bahasa Indonesia ini
ditambahkan oleh pihak penterjemah http://quran.al-islam.com/ dan karena itu
ditulis dalam kurung)
Dan masih banyak ayat
lainnya; (QS 6:114, 27:92, 42:10, 81:15, 84:16-19). Setiap orang waras bisa
melihat bahwa ayat2 diatas bukanlah kata-kata Tuhan, tetapi kata-kata ucapan
Muhammad sendiri. Sekali lagi, jika memang itu adalah kalimat Tuhan, seharusnya
ada kata perintah “Katakanlah”, yang dalam versi bahasa Arab memang tidak tercantum.
B. PERKATAAN MALAIKAT
Dalam Quran juga terdapat
kata-kata yang diucapkan oleh malaikat;
“Dan tidaklah kami (Jibril)
turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” (QS19.64)
“Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan
mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya Kami benar-benar bersaf-saf
(dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih
(kepada Allah).” (QS 37:164-166)
Jadi malaikat berkata bagi
diri mereka sendiri dalam ayat diatas dan tidak diilhami oleh perkataan Tuhan
(hal ini juga disebutkan dalam ‘the perfection in the quran sciences’ oleh
Al-Syouty).
C. PERKATAAN MANUSIA, ENTAH
SIAPA?
Surat AL FAATIHAH adalah doa
seorang manusia kepada Tuhannya;
“Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS 1:1-7)
SEKALI LAGI KITA TELAH DIBODOHI! Karena
semua penjelasan diatas menjelaskan bahwa “AKU” dan “KAMI” dalam Quran dapat
diartikan bermacam-macam, yaitu: 1. Allah sendiri 2. Muhammad sendiri 3.
Malaikat sendiri, atau 4. Pencampuran ketiganya. Penjelasan diatas juga
membuktikan bahwa Quran bukanlah perkataan Allah saja, namun juga perkataan
dari Muhammad dan Malaikat. Dapatkah kita mempercayai kebenaran ucapan
Muhammad, melihat perilakunya yang barbar? Dapatkah kita mempercayai ucapan
malaikat, bagaimana jika ternyata malaikat itu adalah setan yang menyamar dan
ingin menjerumuskan kita dalam jurang kebencian?
Lihatlah ayat pembelaan Allah
terhadap Muhammad;
“Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia
Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran
(yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum
datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan
mereka mendapat petunjuk”. (QS 32:3)
Tak perlu menjadi seorang Einstein untuk mengerti bahwa kata
“KAMI” dalam Quran hanyalah Allah rekaan Muhammad sendiri. Allah dalam Quran
hanyalah boneka ciptaan Muhammad saja, karena dia adalah seorang psikopat
narsisis, manusia yang gila hormat. Mungkin anda menuduh kami mengada2, tapi
marilah dengan bijak kita cermati ayat2 berikut:
QS 4:18 Dan barang
siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang
ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
QS 33:36 Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.
QS 72:23 Akan tetapi
(aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang
siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka
Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Dan masih banyak ayat lainnya
(QS 3:32, 3:132, 4:13, 4:14, 4:59, 4:69, 4:80, 4:92, 8:20, 8:46, 9:71, 24:47,
24:51, 24:52, 24:54, 24:56, 33:33, 33:71, 47:33, 48:17, 49:14, 58:13, 64:12 ).
Itulah Muhammad, yang menduetkan namanya disisi Allah. Hanya manusia yang
narsis dan gila hormat saja yang menjajarkan namanya sendiri dengan nama Allah.
Durhaka pada Muhammad = durhaka pada Allah
Tidak taat pada Muhammad = tidak taat pada Allah
Tidak hormat pada Muhammad = tidak hormat pada Allah
Menentang Muhammad = menentang Allah
Tidakkah kita melihat KEGANJILAN di sini? Siapakah Muhammad
itu? Jika dia hanya rasul penyampai berita saja, mengapa pula manusia harus
memperlakukannya sama seperti memperlakukan Tuhan agar bisa masuk surga?
Dalam Quran Muhammad tidak meminta para pengikutnya untuk
memujanya. Malah dia mengklaim “hanya utusan saja”. Sebagai gantinya dia
menuntut kepatuhan, namun dengan cerdiknya dia meminta para pengikutnya untuk
taat pada “Allah dan Rasul-Nya.” Dalam sebuah ayat Quran, dia taruh perkataan
berikut dalam mulut Allahnya:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang
(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu
kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika
kamu adalah orang-orang yang beriman" (Q 8.1)
Mana ada Tuhan yang
menginginkan atau memerlukan barang2 hasil perampokan? Muhammad menggunakan
“Allah” sebagai bonekanya. Akan sungguh memalukan jika dia katakan, “harta
rampasan perang itu kepunyaanku”. Oleh karena itu Muhammad selalu meletakkan
nama Allah di depan namanya.
Dan karena tidak ada
seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah, semua kepatuhan adalah
kepada Muhammad sebagai wakil Allah. Dialah yang harus di taati dan takuti
karena hanya dia satu-satunya perantara dari tuhan, yang mana hal tersebut
telah dia tanamkan kepada pengikutnya bahwa tuhan harus dihormati dan ditakuti.
“Supaya kamu sekalian beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkanNya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS 48.9)
Sekali lagi, Muhammad
selalu meletakkan namanya (rasulnya) dibelakang kata Allah. Mungkinkah Allah
membutuhkan penguatan dari makluk ciptaannya? Muhammadlah sebenarnya yang ingin
dikuatkan dan dibesarkan!
Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (QS
4:14)
Ayat di atas
menunjukkan EGO, dan bukan menunjukkan kemurnian dari seorang utusan Tuhan.
Akan sangat TINGGI NILAINYA
bila ayat tersebut tertulis begini:
Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya
siksa yg menghinakan. (Surat Murtadin ayat 1)
Coba kita simak satu ayat
lagi, sebagai contoh.
Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS 33:36)
Ayat-ayat itu sangat sarat dengan EGO seorang manusia yang
ingin diakui, dipatuhi dan ditakuti. Muhammad telah menyetarakan dirinya dengan
allah buatannya sendiri.
Akan LEBIH MULIA bila ayat
tersebut tertulis begini:
Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata. (Surat Murtadin ayat 2)
Dibawah ini adalah
salah satu ayat yang membuktikan bahwa “KAMI” dalam Quran adalah Allah dan
Muhammad sendiri.
Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS
39:53)
Siapapun anda, coba tafsirkan
kata “Ku” pada ayat diatas? Jika anda mengerti bahasa Arab, pasti anda
mengatakan “Ku” tersebut adalah Muhammad.
Dalam Quran, dari awal hingga
akhir, menegaskan konsep bahwa manusia adalah hamba Allah saja, dan semua
pesannya berputar pada maksud bahwa mereka harus menyembah hanya pada Allah
saja. Muhammad sendiri adalah hamba Allah. Namun ayat diatas menyatakan bahwa
Muhammad menjadi Tuan atas pengikut2nya. Itulah ucapan seseorang yang gila
hormat. Hanya ada 2 penjelasan mengenai ayat tersebut, pertama, Allah kepleset
dalam menurunkan ayat tersebut! Atau, kedua, Muhammad lah Allah itu sendiri,
hamba Allah=hamba Muhammad!
Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan. Sesungguhnya
KAMI telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada
siksa yang menghinakan. (QS 58:5)
Muhammad selalu menuliskan dirinya berdampingan dengan
allah, (allah dan rasulnya), dan kemudian pada kalimat selanjutnya dia memakai kata
ganti KAMI.
Coba simak ayat di atas. Allah
dan Rasul-Nya = KAMI
Seorang nabi haruslah
rendah hati dan tidak menempatkan dirinya sejajar dengan Allah yang telah
mengutusnya.
Malaikat saja tak berani
menempatkan dirinya sejajar dengan nama Allah, misal : Patuhlah pada Allah dan
Malaikatnya; atau kalau malaikat itu menyampaikan firman kepada manusia:
Patuhlah kepada Allah dan aku (malaikat). Apalagi seorang manusia biasa!
Tidak ada model firman Allah seperti ini dalam sejarah
Yahudi dan Nasrani, yang mensejajarkan Allah dan Nabi-Nya.
Lebih lanjut, ada beberapa
bukti dalam Quran dan hadis yang menyebutkan motif penurunan ayat-ayat dan
menunjukkan bahwa "INTEGRITAS" MUHAMMAD DALAM PEWAHYUAN QURAN sangat
diragukan. Ya Allah dalam Islam adalah ego Muhammad sendiri.
Ketika Muhammad berkunjung
kerumah Zaid, anak angkatnya, beliau melihat Zainab (istri Zaid) dengan tubuh
moleknya yang hanya ditutupi oleh pakaian tipis. Gelora birahi nabipun
memuncak, dan beliau berniat untuk mengawini Zainab, MENANTUNYA! Lalu sim
salabim, muncullah ayat yang menghalalkan Muhammad untuk mengawini MENANTUNYA
SENDIRI. (Sumber: Abbas Jamal Hal 55*, Hadis Bukhari 60:310)
Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni'mat kepadanya dan kamu
(juga) telah memberi ni'mat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan
bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa
yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. MAKA TATKALA ZAID TELAH MENGAKHIRI
KEPERLUAN TERHADAP ISTRINYA (MENCERAIKANNYA) , KAMI KAWINKAN KAMU DENGAN DIA
supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri
anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya
daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. (QS 33 : 37)
Ketika Muhammad mengadakan jamuan makan pernikahannya dengan
Zainab, ia memberikan kode agar tamu yang diundang segera pulang, tapi masih
ada TIGA TAMU dan Anas yang ngeyel tak mau segera pulang. Nabi mengulangi lagi
tindakan dan kodenya, akhirnya ketiganya pun pulang. Namun Anas masih saja
tetap ingin bersama nabi. Karena GELORA MALAM PERTAMA nya sudah sangat membara,
nabi akhirnya menempuh cara terang-terangan dengan cara menutup tirai di antara
mereka berdua. Tidak cukup hanya itu, nabi juga mengeluarkan JURUS PAMUNGKAS nya dengan mengeluarkan ayat
33:53! (SUMBER HADIS BUKHARI 60:314)
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk
makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu
diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik
memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi
lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu
(menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada
mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu
menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya
selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar
(dosanya) di sisi Allah. (QS 33:53)
Dan masih banyak lagi ayat seperti ayat2 diatas yang
membuktikan bahwa Quran hanyalah ego Muhammad sendiri. Bukankah itu sebuah
KEANEHAN. Bukankah kita seharusnya mempunyai pertanyaan seperti Aisah, ketika
banyak wanita yang menawarkan tubuhnya kepada sang nabi?
Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 311
Diceritakan oleh Aisha: Aku memandang rendah wanita2 yang
memberikan dirinya kepada rasulullah dan aku katakan, "Dapatkah seorang
wanita memberikan dirinya kepada seorang laki2 ? Tetapi ketika Allah
mengungkapkan: "Kamu ( O Muhammad) dapat menunda giriran kepada saja yang
kamu kehendaki atas istrimu, dan kamu boleh menerima siapapun yang kamu
inginkan…" ( 33.51) Aku berkata ( kepada Nabi), " Aku merasakan bahwa
ALLAHMU BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI NAFSU DAN KEINGINANMU”
Apa yang dikatakan Aisha?
"KUKIRA ALLAH BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI KEINGINAN DAN NAFSUMU
(MUHAMMAD)”!
sumber: http://islam-masukkristen.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false.html
Langganan:
Postingan (Atom)